Kenali Bakteri Penyebab Diare dengan Toksin Mematikan Ini!

Goapotik
Publish Date • 01/26/2020
Share image facebook goapotikimage twitter goapotikimage whatsapp goapotik
Kenali Bakteri Penyebab Diare dengan Toksin Mematikan Ini!
Kenali Bakteri Penyebab Diare dengan Toksin Mematikan Ini!


Diare merupakan salah satu gangguan pencernaan yang umum ditemukan, bahkan hampir semua orang pasti pernah terserang diare bukan? Gangguan ini ditandai dengan rasa perut mulas hingga melilit dan tinja yang menjadi encer. Penyakit ini memang dapat reda dengan sendirinya setelah racun penyebab diare keluar saat buang air besar, dan cenderung tidak berbahaya jika penderitanya tidak dehidrasi. Namun, ternyata diare dapat berakibat pada beberapa kasus. Bahkan, diare termasuk dalam 10 besar penyakit penyebab kematian tertinggi berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Itulah mengapa Sowbat perlu tetap waspada di kala terserang diare.



Penyebab utama diare pada umumnya adalah mikrooganisme seperti, bakteri, virus, dan amoeba. Bentuknya yang tak kasat mata membuatnya dapat hinggap di mana pun tanpa kita ketahui, dan salah satunya adalah pada makanan yang masuk ke tubuh kita. Beberapa mikroorganisme memang tidak menghasilkan racun atau toksin yang berbahaya. Namun, tentu kamu tidak mau beberapa bakteri lain yang berbahaya justru masuk ke tubuhmu, kan? Karena itu, kamu harus kenal dulu beberapa mikroorganisme jahat yang dapat menyebabkan diare mematikan di bawah ini.


1. Escherichia coli (E. coli)

Bakteri berbentuk batang ini memang yang paling sering bikin kamu terserang diare, karena memang habitatnya berada di usus manusia. E. coli adalah salah satu jenis bakteri yang biasanya hidup di usus manusia dan hewan. Kebanyakan jenis bakteri E. coli tidak berbahaya dan bahkan berperan menjaga saluran pencernaanmu tetap sehat. Meski begitu, ada beberapa jenis bakteri E. coli yang dapat menyebabkan diare (bakteri patogenik). Keberadaan jenis patogenik inilah yang menjadi indikator kebersihan atau sanitasi pangan dan air.

E. coli patogenik dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu, E. coli enteropatogenik (EPEC), E. coli enteroinvasif (EIEC), dan E. coli enterotoksigenik (ETEC), dan E. coli enterohemoragik (EHEC). Jenis-jenis bakteri ini biasa menjadi penyebab diare seperti pada anak, pada turis atau wisatawan (diare bawaan), hingga diare berdarah. Bakteri ini dapat menghasilkan racun yang disebut sebagai “Shiga Toxin”. Toksin ini menyebabkan kontraksi kuat pada usus sehingga perut terasa melilit, pendarahan yang parah, berbagai komplikasi, hingga mampu menginfeksi organ ginjal dan otak. 

 

2. Shigella flexneri, S. sonnei, dan S. dysenteriae

Keluarga Shigella di antaranya, Shigella flexneri, S. sonnei, dan S. dysenteriae merupakan bakteri penyebab diare, disentri, dan shigellosis. Seperti bakteri pencetus diare pada umumnya, Shigella sp. hidup di lingkungan dengan sanitasi yang kotor atau terkontaminasi kotoran manusia. Ketika bakteri ini masuk ke dalam saluran pencernaan, bakteri akan berkoloni dan melepaskan racun secara perlahan. Reaksi tubuh melawan racun ini akan muncul sekitar 2-7 hari dengan gejala seperti kram usus, demam, dan diare hingga 10-30 kali dalam sehari. Diare yang tidak segera ditangani karena racun Shigella bahkan dapat menyebabkan komplikasi serius, mulai dari kejang, anemia hemolitik, hingga usus yang lumpuh. Maka dari itu, Shigella menjadi salah satu bakteri penyebab diare yang tidak bisa disepelekan.

 

3. Salmonella enterica

Salmonella enterica merupakan seringkali mengontaminasi makanan yang terpapar lingkungan kotor, atau dimasak dengan bahan makanan yang tidak dicuci bersih. Gastroenteritis adalah penyakit yang biasa ditimbulkan bakteri ini, tentunya dengan salah satu gejalanya adalah diare. Salmonella juga dikenal sebagai bakteri penyebab demam tifoid dan salmonellosis. Pada kasus berat, infeksi Salmonella bahkan dapat menyebar hingga ke aliran darah dan menyebabkan kematian, terutama pada anak dan penderita dengan sistem imun rendah.

 

4. Entamoebae histolytica

E. histolytica merupakan amoeba (hewan bersel satu) yang bersifat parasit bagi organ pencernaan. Habitat asli parasit ini adalah di tanah atau lingkungan yang lembab, berair, dan berlumpur. Amoeba ini seringkali ditemukan di negara beriklim tropis atau daerah dengan sanitasi yang buruk, dan akan aktif menjadi tropozoid dalam waktu 7-28 hari setelah masuk ke dalam tubuh manusia. Tropozoid inilah yang selanjutnya akan menempel di dinding usus, dan menyebabkan diare. Dalam kasus yang berat, komplikasi seperti radang usus besar (kolitis), luka atau kerusakan pada jaringan usus, hingga penyebaran infeksi ke organ hati dapat terjadi.

 

Baca juga:

3 Langkah Anti Panik Ketika Terserang Diare Saat Traveling

Redakan Diare Anak Pakai Racikan Alami Di Rumah

Teror Infeksi Kencing Tikus (Leptospirosis) Saat Banjir Melanda


5. Rotavirus 

Virus ini memang biasa menyerang saluran pencernaan, dengan menyebabkan nyeri perut, diare, dan muntah, disertai demam tinggi. Rotavirus sering kali terjadi pada anak dan orang yang sedang dalam kondisi defisiensi imun, dan biasanya akan sembuh sendiri setelah 3-8 hari. Kendati demikian, serangan virus ini biasa membuat energi dan cairan tubuh penderitanya terforsir, sehingga pasien perlu sesering mungkin dipantau asupan nutrisi dan cairannya. Sebagian besar kasus yang terjadi pada bayi atau balita, virus ini dapat menjadi sangat berbahaya karena dapat menyebabkan dehidrasi berat akibat diare dan muntah berkelanjutan. Oleh karena itu, bayi atau balita sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan asupan cairan yang mencukupi.

 

6. Listeria monocytogenes 

Seperti kebanyakan bakteri penyebab diare lainnya, Listeria sp. biasanya ditemukan hidup di tanah, air yang terkontaminasi kotoran, makanan mentah, hingga makanan siap santap. Gejala yang ditimbulkannya pun sama dengan infeksi bakteri lainnya. Namun, Listeria sp. cenderung lebih berbahaya jika menyerang ibu hamil, terutama ketika usia kehamilan trimester ketiga. Selain mengganggu kehamilan, bakteri ini dapat dengan mudah menular dari ibu ke janin yang dikandung melalui plasenta. Mums mungkin hanya merasakan gejala infeksi pada umumnya seperti, diare, nyeri otot, lemas, dan diare. Namun, yang membahayakan adalah jika infeksi Listeria yang kita sebut sebagai listeriosis ikut tertular pada janin. Listeriosis dapat mengganggu perkembangan janin, memperbesar risiko lahir prematur hingga meninggal dalam kandungan, bahkan lahir dengan kondisi infeksi yang fatal, seperti sepsis dan meningitis. Oleh karena itu, kurang-kurangi jajan sembarangan ya, Mums!

 

7. Campylobacter jejuni

C. jejuni merupakan bakteri berbentuk spiral yang biasa berkembang pada hewan seperti ayam dan sapi. Bakteri ini merupakan salah satu penyebab keracunan makanan yang paling umum di tanah Eropa dan Amerika Serikat. Ketika menginfeksi manusia, bakteri ini tentu akan menyebabkan diare (hingga diare berdarah pada kasus berat), nyeri dan kram peru, disertai dengan demam. Jika tidak ditangani dengan tepat, bakteri ini bisa menyebabkan kematian pada anak-anak, lansia, dan pasien penderita gangguan imun.

 

Itulah 7 mikroorganisme penyebab diare yang ternyata sangat membahayakan nyawa, Sowbat! Agar tetap terlindung dari infeksi mikroorganisme terutama diare, jangan pernah lalai dalam menjaga kebersihan lingkungan dan sanitasi pangan, ya! Makan lah makanan yang dimasak dengan matang, hindari konsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi, cuci buah dan sayur dengan bersih sebelum dimasak atau dimakan, cuci tangan yang rutin, hindari jajan sembarangan, serta konsumsi rutin suplemen atau probiotik yang dapat menjaga kesehatan organ pencernaanmu. Keep healthy, Sowbat!

 

 

 

References: Alodokter, Liputan6, HelloSehat, Kompas