Pertolongan Pertama Pada Gejala Stroke Ringan

Goapotik
Publish Date • 06/25/2021
Share image facebook goapotikimage twitter goapotikimage whatsapp goapotik
Pertolongan Pertama Pada Gejala Stroke Ringan

Apa yang Sowbat pikirkan saat mengetahui kerabat atau saudara terdekat mengalami serangan stroke? Mungkin takut, panik, dan tidak tahu harus berbuat apa. Biasanya seseorang yang mengalami serangan stroke akan mengalami kesulitan berbicara, sebagian tubuhnya lumpuh, bahkan hingga tak sadarkan diri. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai penyakit ini, seperti apa sebenarnya penyakit stroke itu, bagaimana bisa terjadi, dan bagaimana penanganan yang bisa dilakukan sebagai tindakan pertama, baca artikel ini sampai habis ya!


Apa yang Dimaksud dengan Stroke?

Menurut WHO, stroke merupakan gejala klinis dari gangguan fokal (atau global) fungsi otak yang terjadi secara mendadak. Serangannya bisa berlangsung lebih dari 24 jam bahkan hingga dapat menyebabkan kematian tanpa gejala yang berarti, selain dari gangguan vaskular. Kondisi ini sebenarnya terjadi akibat berkurangnya pasokan darah ke otak.

Data yang dilansir WHO menunjukkan jika 1 dari 4 orang di dunia mengalami stroke. Penyakit ini adalah salah satu penyakit mematikan selain dari penyakit Kardiovaskular. Menurut Riskesdas 2018 prevalensi untuk penyakit stroke adalah sebesar 10,9 per mil di Indonesia, dengan kasus tertinggi berada di provinsi Kalimantan Timur (14,7 per mil) dan terendah di provinsi Papua (4,1 per mil).

Beberapa faktor risiko yang dapat menjadi penyebab stroke harus Sowbat ketahui dan waspadai, mulai dari faktor umur, jenis kelamin, genetik, dan ras serta faktor dari gaya hidup yaitu kebiasaan merokok, memiliki riwayat diabetes melitus, konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, dan riwayat penyakit kardiovaskular. Dilihat dari faktor risiko yang bervariasi tersebut, penyakit ini terjadi secara tiba-tiba atau tanpa memberikan tanda-tanda. Sowbat harus selalu menerapkan gaya hidup sehat, terlebih jika memiliki riwayat penyakit kardiovaskular dan tekanan darah tinggi.


Diagnosa Stroke

Beberapa cara diagnosis yang biasa dilakukan dokter untuk menentukan apakah pasien mengalami gejala stroke atau bukan di antaranya seperti:

1. Pemeriksaan fisik, yaitu dengan mendengarkan denyut jantung dan memeriksa tekanan darah. Pemeriksaan neurologi juga bisa dilakukan untuk mengetahui bagaimana potensi Stroke  mempengaruhi sistem saraf.

2. Tes darah, untuk memeriksa kecepatan penggumpalan darah, seberapa tinggi gula darah serta apakah mengalami infeksi atau tidak.


Photo Of Doctor Operating MRI Scanner

3. Computerized tomography (CT) scan. Alat ini dapat memperlihatkan gambaran dari kondisi otak secara terkini, apakah terjadi perdarahan di otak, penyumbatan pada pembuluh darah, tumor atau kondisi lainnya.

4. Magnetic resonance imaging (MRI), cara ini menggunakan gelombang radio dan magnet untuk mendeteksi kerusakan jaringan otak seperti adanya sumbatan dan perdarahan pembuluh darah otak.

5. Ultrasonik Karotid, tes ini dapat menunjukkan adanya penumpukan lemak dan aliran darah pada arteri karotid.

6. Angiogram Serebral, dilakukan dengan cara memasukkan kateter melalui pangkal paha dan mengarahkannya ke arteri karotid, kemudian pewarna akan diinjeksi ke pembuluh darah agar arteri dapat terlihat dengan sinar X.

7. Ekokardiogram, alat ini dapat mendeteksi gumpalan darah di jantung yang dapat mengarah ke otak dan yang menyebabkan stroke.


Jenis-jenis Stroke

Terdapat dua jenis penyakit stroke yang harus Sowbat  ketahui, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Kedua jenis pada penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan pada anggota tubuh tergantung daerah otak yang terserang seperti kelumpuhan wajah atau anggota gerak, mati rasa pada tubuh, pengelihatan yang terganggu, penurunan kesadaran, sakit kepala hebat yang terjadi secara tiba-tiba, kesulitan menelan, kesulitan berbicara, hingga koma dan berujung pada kematian.

Berikut ini adalah perbedaan keduanya:

Stroke Iskemik

Stroke iskemik merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi dibandingkan stroke hemoragik. Sekitar 85% dari semua kasus, ditandai dengan penyumbatan pada pembuluh darah di otak akibat aterosklerosis, atau penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga pembuluh darah menyempit dan aliran darah terhambat. Terapi utama saat terjadi serangan untuk kejadian ini adalah pemberian obat melalui intravena untuk menghentikan bekuan darah. Semakin cepat obat diberikan dari waktu pertama kali muncul gejala, dapat mengurangi dampak akibat penyakit ini.

Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik juga ditandai dengan hambatan aliran darah di otak, tetapi penyebabnya adalah kebocoran atau pecahnya pembuluh darah. Kondisi tersebut dapat menghambat jaringan otak dan mengganggu fungsinya karena otak dipenuhi oleh cairan berupa darah. Terapi utama pada kondisi hemoragik adalah dengan menghentikan perdarahan dan menurunkan tekanan pada otak akibat cairan berlebih.

Untuk menghentikan perdarahan tersebut, petugas medis akan memberikan obat-obatan seperti vitamin K, protamin atau asam traneksamat sesuai dengan latar belakang penyebabnya (biasanya akibat konsumsi obat seperti clopidogrel, obat pengencer darah generik untuk mencegah bekuan darah/clot). Obat penurun tekanan darah juga bermanfaat untuk mengurangi tekanan intrakranial.

Temukan di Goapotik: Harga Clopidogrel 75 mg

Operasi bedah bisa dilakukan apabila perdarahan pada otak cukup luas, ini juga dapat mengatasi tekanan pada otak. Setelah terapi diberikan dan kondisi kritis sudah dilalui, pasien akan mendapat perawatan untuk memulihkan kembali fungsi tubuh semaksimal mungkin agar dapat hidup secara normal dan mandiri. Perawatan rehabilitasi yang dibutuhkan setiap orang berbeda-beda sesuai dengan fungsi otak yang terganggu, mulai dari terapi fisik, terapi wicara, terapi psikologi, pengaturan pola makan dan lain sebagainya. Perawatan ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu lama hingga kondisi pasien membaik.


Perbedaan Stroke dengan Transient Ischemic Attack

Sowbat mungkin pernah mendengar istilah stroke ringan, apakah sama dengan yang telah dibahas sebelumnya? Transient Ischemic Attack (TIA) atau yang biasa disebut stroke ringan memang hampir mirip dengan stroke karena memiliki gejala yang sama. TIA merupakan kondisi disfungsi serebral sementara dan fokal (termasuk retina) yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah. Timbulnya cepat dan biasanya berlangsung 2–15 menit, tetapi kadang-kadang hingga 24 jam. Namun, untuk pemulihannya berlangsung cepat dan tidak menyebabkan kerusakan neurologis permanen. Berbeda dengan stroke yang berlangsung lama dan dampaknya permanen. Walaupun lebih ringan daripada Stroke, TIA tetap harus diwaspadai apabila terjadi berulang-ulang karena berisiko menjadi stroke.


Apa yang Harus Dilakukan Saat Seseorang Terserang Stroke?

Lalu apa yang bisa Sowbat  lakukan jika penyakit ini menyerang keluarga atau kerabat terdekat? Hal pertama tentu Sowbat  harus tetap tenang, kemudian ingat kembali gejala yang timbul dari serangan stroke. Periksalah kondisi pasien apakah dalam keadaan sadar atau tidak, periksa juga denyut jantung dan pernapasannya apakah normal atau tidak.

Kemudian, lakukan pemeriksaan FAST, dengan cara amati mukanya (Face) apakah bisa digerakkan dengan normal atau mengalami mati rasa. Lalu periksa tangannya (Arms) apakah keduanya bisa diangkat secara normal, kemudian periksa cara bicaranya (Speech) apakah normal dan mengerti pertanyaan yang kita ajukan. Apabila langkah-langkah pemeriksaan tersebut menunjukkan ketidaknormalan, maka Sowbat  harus segera mencari bantuan medis sesegera mungkin, karena waktu (Time) pengobatan pertama kali harus dilakukan kurang dari 4,5 jam saat gejala stroke pertama kali muncul.

Seperti penyakit lainnya, stroke bisa dihindari dengan pencegahan yang tepat. Sesuai dengan faktor risikonya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan seperti memperbaiki pola makan dan menerapkan pola hidup sehat. Sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam agar terhindar dari penyakit pemicu yaitu serangan jantung, gagal jantung, hipertensi, dan diabetes. Selain itu mulai biasakan untuk tidak merokok, menghindari konsumsi minuman beralkohol, berolahraga secara rutin, serta mengelola pikiran agar tidak stres dan memengaruhi kondisi fisik lainnya.

Ternyata stres dapat meningkatkan hormon kortisol, pemicu rusaknya endotel pembuluh darah yang memicu terjadinya penyumbatan pembuluh darah di otak. Maka dari itu sangat penting untuk menjaga kondisi tubuh dan pikiran Sowbat  agar selalu sehat dan dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan baik. Apabila Sowbat mengalami gejala dari penyakit ini seperti yang telah dibahas sebelumnya, segera konsultasikan ke dokter dan konsumsi obat-obatan secara teratur. Salam sehat!


Penulis: Tim Goapotik


Referensi

Official Websites:

Kementerian Kesehatan RI, National Center for Biotechnology Information (NCBI), Mayo Clinic, Hello Sehat

Journal:

Journal titled, “Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Stroke Hemoragik dan Iskemik Menggunakan Metode Dempster Shafer” by Kanggeraldo  J., et al. Published by Jurnal Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi (Vol.2 (2)p.498–505), on 2018.